zenzacinema.com– Masyarakat Bali memiliki corak budaya keagamaan yang sangat kental. Hal ini tidak luput dari kepercayaan mereka tentang kekuatan okultis.
Religiusitas dan budaya orang Bali memang selalu menarik bagi bangsa-bangsa di dunia. Termasuk juga bagi para sineas dari Belanda yang kini tengah menjalani masa shooting di Bali.
“Film ini diantaranya ingin memberi kesan impresif buat penonton tentang Karma. Soal masa lalu orang Bule yang bercinta di sini kena Karma,” ujar aktris senior Yati Surachman kepada humaniora.id melalui telpon seluler dari destinasi wisata alam Air Terjun Aling-Aling Buleleng, Bali, Minggu (25/06/2023).
Dalam perspektif Karma, lanjut Yati, seluruh siklus kausalitas yang dialami manusia adalah buah dari tindakan masa lalu. Hukum Karma mengajarkan kepada manusia agar selalu tenggang rasa dan berbuat sesuai dengan tugas.
“Tidak iri hati kepada orang lain karena kita merupakan satu kesatuan kehidupan, satu nafas dengan mengisap udara dari udara yang sama,” ujar artis yang pernah menerima penghargaan ‘Seniman Dedikatif Silet Awards 2018’ ini.
Yati mengaku sangat menikmati perannya sebagai seorang “Balian”. Balian dalam masyarakat Bali diyakini adalah rohaniawan, atau dukun yang memiliki kekuatan supranatural.
“Artinya memiliki keyakinan yang kuat terhadap Tuhan, serta senantiasa menjaga kesucian diri,” ungkap aktris Nomine Pemeran Utama Wanita lewat sinetron –‘Dukun Palsu’ di Festival Sinetron Indonesia (FSI) tahun 1995 ini.
Karena alasan etis, untuk sementara Yati Surachman enggan menyebut judul film yang diproduksi kerjasama perusahaan film Belanda dan Indonesia ini. Film ini juga dikerjakan oleh para sineas, crew dan artis film persekutuan dua Negara.
Film ini semakin mengukuhkan posisi artis peraih penghargaan The Best Actress Festival Film Asia Pasifik (FFAP) ini sebagai aktris Indonesia yang go international.
“Karena film ini nanti tayangnya di Belanda dan di beberapa Negara di Eropa maka film ini dialognya juga menggunakan bahasa Inggris,” terang Yati Surachman.
Yati Surachman mengaku pihaknya juga sudah dihubungi sebuah rumah produksi film di Penang Malaysia. Selepas ini dia akan membintangi film bergenre horror thriller yang diproduksi perusahaan film asal Penang Malaysia tersebut.
“Film ini juga melibatkan tim kreatif dan artis dua Negara; Indonesia dan Malaysia. Begitu juga lokasi shootingnya juga dilaksanakan di Malaysia dan Indonesia,” papar Yati Surachman.
Menurut Dewan Pembina Sanggar Humaniora ini sudah banyak produksi film asing yang memilih lokasi shooting di Indonesia. Indonesia memang dikenal punya keindahan alam memukau.
“Tidak cuma itu Indonesia juga punya keunikan lain. Misalnya keragaman budaya dan berbagai jenis kuliner yang enak dengan beragam hayati. Wajar bila orang asing tertarik shooting di Indonesia,” kata Yati Surachman langsung pamit untuk pengambilan gambar lagi./*
Discussion about this post