Zenzacinema.com – Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan menutup tahun 2022 dengan indah. Merilis sebuah film yang bertema agama islam dan sekaligus mengangkat jejak kisah kehidupan seorang ulama besar dari tanah Banjar, Kalimantan Selatan. Film Biopic Islmic “Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari” – Matahari dari bumi Banjar.
Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari adalah seorang tokoh ulama multi disiplin dari tanah Banjar.
Kedalaman Ilmu agama dan Ilmu pengetahuannya mencakup aturan-aturan Fiqh maupun pengajaran ilmu Tasawuf.
Dengan kegigihannya beliau mampu mencerahkan masyarakat Banjar dari kurangnya literasi keagamaan berbahasa Melayu saat itu. Karyanya, khususnya Sabilal Muhtadin menjadi referensi pula bagi banyak negara tetangga. Kitab ini dikenal luas di kalangan kaum muslimin di kepulauan Nusantara, dan sampai saat ini masih banyak digunakan, khususnya di Kalimantan dan Sumatera.
Keahlian Ilmu Astronomi atau Ilmu Falak Syekh Arsyad saat memindahkan lokasi kiblat di salah satu masjid di Batavia serta mengukur kedalaman laut menjadi point penting dalam film layar lebar Biopic yang menggambarkan jejak rekam sejarah ilmu pengetahuan yang dimiliki Syekh Arsyad diluar ilmu keagamaan yang dikuasainya.
Kitab Sabilal Muhtadin karya Syekh Arsyad juga tersebar hingga Brunei Darussalam, Kamboja, Thailand dan Malaysia, bahkan tersimpan pula di berbagai perpustakaan besar di dunia Islam, seperti di Mekkah, Mesir, Turki dan Beirut.
Melalui kitab ini, Karel A. Steenbrink menyatakan bahwa Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari merupakan satu-satunya tokoh yang mengarang begitu luas dan sistematis di bidang fiqh dalam Bahasa Melayu.
Dalam sejarahnya beliau mampu memperkuat keagamaan Kesultanan Banjar dan kerajaan-kerajaan Islam di sekitarnya.
Syekh Arsyad tercatat dalam sejarah sebagai penggaggas Mahkamah Syar’iyah yang kemudian menjadi cikal bakal Pengadilan Agama saat ini di Indonesia.
Film “Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari” Melibatkan Putra-Putri Kalimantan Selatan
Didasarkan atas kecintaan dan kekaguman kepada Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, maka
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan memberikan amanah kepada PT. Expressa Pariwara Media Production House untuk memfilmkan jejak kehidupan beliau.
Film Feature Panjang Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari ini dimainkan hampir keseluruhan pemerannya adalah putra-putri Kalimantan Selatan diantaranya melibatkan siswa sekolah Perfilman SMKN 2 dan SMKN 3 Banjarmasin untuk ikut Magang sebagai Crew Produksi Film.
Melibatkan pula beberapa Zuriyat Syekh Arsyad sendiri baik sebagai pemeran film maupun sebagai narasumber. Begitupula Jajaran Instansi Pemerintahan Kalimantan Selatan ikut memeriahkan pada beberapa adegan film.
Proses riset dilakukan untuk naskah melalui pengumpulan data literasi maupun keterangan lisan serta pembahasan materi film melalui Focus Group Discussion (FGD) antara Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, Akademisi dari berbagai disiplin Ilmu, Zuriyat dari Syekh Arsyad yang diadakan sebanyak tiga kali guna mendapatkan informasi seakurat mungkin.
Dengan permintaan khusus dari keturunan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari maka sosok beliau tidak ditampilkan dalam Film Biopic Islamic ini. Gaya perfilman Jean Luc Godard seorang Sineas Perancis Swiss menjadi referensi Sutradara dalam menggambarkan adegan film melalui Point Of View Sang Tokoh Utama.
Film Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari akan menampilkan pula Budaya asli dan keindahan alam Kalimantan Selatan dengan Geo Park Meratusnya diantaranya di Kawasan daerah Matang Keladan, Rian Kanan dan Loksado, serta Bumi Sholawat Kiram.
Menelan Biaya Hingga 4 Milyar Lebih
Bertindak sebagai Produser adalah Chandra Purnama Restu, Sutradara Ensadi Joko Santoso dan Zulkifli Anwar, dan Penulis Skenario Irfan Wijaya film ini di produksi oleh Expressa Pariwara Media Production House.
Dengan menghadirkan aktor Billy Boedjanger dan Asrul Dahlan serta Afrizal Anoda ikut memperkuat karakter Tokoh dalam film ini. Begitupula melibatkan pemain dan crew film putra–putri daerah Kalimantan Selatan seperti Yadi Muryadi, M. Syahriel dan Paman Birin (Dr. H. Sahbirin Noor, S.sos, M. H., Gubernur Kalimantan Selatan) beserta ASN Jajaran Instansi Kalimantan Selatan.
Film ini dibuat dalam waktu singkat lebih kurang memakan waktu 2 Bulan dan memakan biaya hingga 4,4 Milyar melalui tender yang di bagi melalui tiga bagian yaitu pertama dalam tahap pembuatan naskah, kedua dalam produk film itu sendiri dan ketiga adalah pemasaran.
“Semua komponen tersebut di tenderkan sehingga terbagilah untuk menjadi tiga komponen tersebut yang menelan biaya 4,4 milyar tersebut” demikian penjelasan Chandra Purnama Restu selaku produser film ini.
Film ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang pemikiran Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari kepada generasi muda sehingga lebih mengenal dan mencintai sosok ulama Banjar tersebut.
Sebagai tokoh panutan yang mampu menjadi penyemangat bagi generasi penerus untuk mengikuti jejaknya sebagai Ulama. Ataupun mereka yang menggeluti profesi lainnya dengan menghasilkan pikiran-pikiran inovatif serta mampu menjadi Problem solver di bidang keagamaan maupun Ilmu Pengetahuan Umum.
Ketika di tanya, ada kesulitan gak memerankan tokoh Sultan dalam film ini, Billy Boedjanger mengatakan “Ada… kan saya memerankan orang yang pernah hidup, dan orang ini bukan orang sembarangan, orang besar, sultan. Memang ada kesulitan saya harus bagaimana karakternya apakah keras, bagaimana beliau orangnya bijak.. tapi Insya Allah saya bisa“
“Semoga Film Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari produksi Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan ini bisa mendunia” demikian kata Muhammadun, AKS., M.I.Kom – Kepala Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan yang juga selaku Plt Kepala Dinas Sosial Prov. Kal Sel dengan optimis.
Film ini layak di tonton oleh seluruh masyarakat terutama umat islam sebagai pendidikan dan penghormatan kepada ulama yang telah berjasa besar dalam peradaban islam di Indonesia dan dunia(*red-igma)
Discussion about this post